Monthly Archives: December 2011

Untuk pLettonic

Standard

ku teringat hati yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta?
perjalanan sunyi engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta

ingatkan engkau kepada embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu cinta

Special Thanks for Letto untuk lagu Sebelum Cahaya. Lagu dengan lirik sederhana namun syahdu.

Dalam Blog seorang teman, saya pernah membaca postingan tentang Tafsir Lagu Sebelum Cahaya. Dikutip dari milis ikamni_smada@yahoogroups.com disebutkan bahwa lagu Sebelum Cahaya ini mengajak kita untuk menegakkan Sholat Malam. Benarkah demikian?

Saat Cinta ditanya, kemana kau pergi? Ternyata Cinta mengambil Air Wudhu. Perjalanan Sunyi untuk menegakkan Sholat Malam memang tidaklah mudah. Cinta harus menguatkan hati untuk menempuhnya sendirian. Hanya sendiri tatkala hati-hati yang lain masih bertabur mimpi. Terlelap. Terlena oleh dinginnya malam.

Hanya embun pagi yang sudi menemani Cinta katkala menegakkan Sholat Malam. Menemani di sepertiga malam akhir hingga sebelum terbit Cahaya Mentari. Barisan akhir lirik lagu ini semakin menegaskan bahwa siapa yang punya tekad kuat untuk menegakkan Sholat Malam merupakan orang-orang yang selalu memegang teguh janjinya terhadap Allah. Janji bahwa dia akan selalu menjadikan Allah sebagai Ilah dalam hidupnya.

Apakah benar demikian Tafsir liriknya? Silakan tanyakan langsung ke yang bikin lagu ya. Namun sebagai seorang pLettonic, saya sangat bangga lantaran Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh dan Mas Cornel serta Mas-mas Letto lainnya sudah sangat apik membuat lagu ini. Lagu yang sangat indah untuk diresapi liriknya apalagi jikalau diamalkan Sholat Malamnya.

Temans and Sedulurs jangan takut, walaupun saya mengaku sebagai pLettonic, dari lubuk hati yang paling dalam saya tetaplah Turunan ABRI (Anak Buah Rhoma Irama). Hidup Bang Haji! Hidup Soneta! Mirasantika No Way!

DMMS - Letto

Quod Erat Demonstrandum

Mirasantika

Standard

Linting daun lebat sangat lambat laun goyang-goyang
Bikin manyun buat hati makin bimbang
Tawa canda mati rasa ngomong sendirian

Linting daun suntik tangan hirup asap obat ditelan
Ingin terbang melihat bintang
Over dosis rumah sakit nyawa pun melayang

Narkoba selalu membius kaum muda
Entah itu wanita pria waria semua sama
Awalnya coba-coba dan mulai tergoda
Ujung-ujungnya orangtua stres di kepala
Pusing dengan anaknya sering ngelinting
Daun khas tanah rencong bangkitkan adrenalin
Terpacu terpancing sampai ke titik paling runcing
Jantung berdetak kencang sudah kayak kuda lumping

Bingo! Tepat sasaran menembus ruang khayalan
Ingin terbang membentuk bintang
Tapi yang kau khayalkan tak seperti kenyataan
Yang selama ini kau dambakan
Rill.. barang haram mulai memanggil
Pill.. exstasi sabu buat kita gokil
Sel darahmu terasa makin mengecil
Maka dari itu barang haram tak baik tuk anak kecil

Dingin sekujur tubuh itu tandanya sakaw
Pengen banget ngerasain bubuk-bubuk putaw
Hati loe pikiran loe masih kelihatan kacau
Kalau sudah gini pengen kembali ke masa lampau
Kecanduan, kasian banget loe kecanduan
Seharian enggak make pikiran mulai bimbang
Nggak ada objekan ngejual rumah di pegadaian
Hanya untuk kenikmatan dari barang haram

Najis, kata yang pas untuk para junkies
Saling tukeran suntik nyebarin virus AIDS
Kalo sudah mabuk di temenin para Ladies
‘Gituan’ semalaman paginya kena penyakit penis
Iblis merasuk di kehidupan mereka
Mendekati setiap saat ingin selalu terjamah
Dijama terjama oleh timbunan Narkoba
Tak ada ujung pangkal selama dana masih ada

Dan coba kau lihat di semua media
Banyak teman clubbers konsumsi narkoba
Diciduk, dijaring, dan kena razia
Dengan berat hati loe terpaksa dipenjara
Di dalam LP pun loe memasok barang dari luar
Belum tobat karena status penjahat masih samar
Merasa belum tenar ogah ke jalan yang benar
Nusa Kambangan tempat terakhir loe terdampar

Okelah kalau itu jalan hidupmu
Tapi hati-hati bisa terjerumus lebih jauh
Over Dosis bisa menutup lembar kisahmu
Karena mau tak mau Tuhan telah memanggilmu
Jadi tolong antisipasi jangan sering konsumsi extasi
Atau apa yang namanya cepat eliminasi
Selama masih ada panti rehabilitasi
Loe bisa selamat asal jangan kembali lagi

Special Thanks for DJ Rhiyan untuk lagu yang bertajuk Say No to Drugs. Lagu yang mengajak kita untuk sebisa mungkin menjauhi narkoba. Lagu ini juga sebagai bentuk apresiasi kepada mereka-mereka yang telah tiada karena mengakhiri hidup dengan sakau. Apresiasi yang demikian mendalam untuk kita yang telah berhasil menarik diri dari belenggu narkoba. Janganlah pernah mencoba kembali.

Narkoba menghadirkan kenikmatan semu. Diawal kita diberi gratis selinting ganja. Tatkala candu tak terbendung, berapapun akan dibayar untuk beberapa linting daun kering itu. Uang sakupun lenyap. Dompet orangtua terkuras habis. Emas simpanan Ibu yang hanya beberapa grampun tergadai.

Jangan tertipu temans. Kembalilah sebelum terlambat. Sungguh sangat disadari bahwa tidaklah mudah untuk kembali ke Jalan-Nya setelah lama terjerat. Tapi kami akan selalu ada untukmu. Menjaga dan membimbingmu hingga benar-benar kembali menjadi dirimu seutuhnya. Allah bersama kita. Bersama orang-orang yang bertaubat dan membersihkan diri.

Jikalau hati ini sedang dilema ataupun gundah, segeralah perbanyak amal ibadah. Jikalau hati ini sedang galau, janganlah lari kepada putaw. Karena dapat menyebabkan sakaw.

Temans and Sedulurs, kita tentu masih ingat pesan dari Sang Guru tentang Mirasantika,

Gara-gara kamu! Orang bisa menjadi gila.
Gara-gara kamu! Orang bisa putus sekolah.
Gara-gara kamu! Orang bisa menjadi edan.
Gara-gara kamu! Orang kehilangan masa depan.

Sekarang tak tak tak tak Ku tak mau tak mau tak tak tak tak Ku tak mau tak mau tak!

Bersama Mereka
Janganlah kita bernasib sama dengan mereka yang ada dalam foto diatas.

Impian John Lennon adalah “All the people Living life in peace”. Jangan cuma bermimpi! Kita hidup di dunia nyata. Lakukan tindakan nyata! So, Stop Dreaming! Start Action. Selaraskan hidup dengan alam.

Quod Erat Demonstrandum

Bercinta dengan Alam

Standard

Bersama sahabat mencari damai,

Mengasah pribadi mengukir Cinta,

Mahameru berikan damainya didalam beku Arcapada,

Mahameru sampaikan sejuk embun hati,

Mahameru basahi jiwaku yang kering,

Mahameru sadarkan angkuhnya manusia,

Mahameru sebuah Legenda tersisa puncak abadi Para Dewa,

Special thanks for Dewa 19. Lagu bertajuk Mahameru ini merupakan apresiasi yang demikian mendalam untuk para pecinta alam. Untuk kita yang suka bersahabat dengan alam. Bahwa mencari kedamaian dan mengukir cinta dengan alam bukanlah hal yang mudah. Bahkan alam dapat menyadarkan angkuhnya manusia. Keindahan alam yang memukau dapat menyadarkan manusia bahwa kita ini tidak ada apa-apanya dihadapan alam semesta.

Seperti kata Soe Hok Gie, berbagi waktu dengan alam maka kau tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Hakikat manusia. Soe Hok Gie juga merupakan petualang sejati. Petualangannya berakhir di Gunung Semeru.

Temans, impian kita memang mendaki Mahameru yang merupakan Puncak Abadi tempat bersemayamnya Para Dewa. Hal tersebut belum dapat kita tercapai hingga saat ini. Namun telah sedikit terobati dengan perjalanan yang kita tempuh dari Sei Sikambing menuju Sibolangit dengan mengendarai sepeda. Untuk bersahabat dengan alam tidaklah mesti jauh-jauh ke Mahameru. Di Sibolangit kita juga dapat melihat keindahan lukisan Ilahi yang terhampar hijau di sepanjang perjalanan sejauh mata memandang.

Saya ingin sedikit berbagi pengalaman yang saya alami bersama teman-teman saat ke Sibolangit pada Sabtu, 24 Desember 2011 kemarin. Perjalanan ditempuh dengan rute Sei Sikambing – Namurambe – Sembahe – Sibolangit. Peserta berjumlah lebih dari 30 orang dengan mengendarai sepeda. Diiringi dua truk dari TNI AU dan satu Jeep untuk mengantisipasi jikalau ada peserta yang tidak sanggup mengendarai sepeda.

Di sepanjang perjalanan berbagai pengalaman kami rasakan. Semua dari kami walaupun Bikers sejati, namun baru pertama kali menempuh Sei Sikambing – Sibolangit dengan bersepeda. Pemandangan alam Sibolangit memang sungguh indah. Dan komentar kami disesuaikan dengan bahasa setempat, Subhanallah Mantap Krina! Seperti kata Dewa 19, alam ini memberikan kedamaian, kesejukan dan membasahi jiwa yang kering.

Bendungan Namurambe
Bendungan Namurambe

Foto diatas adalah sebagian dari Bikers ketika sampai di Bendungan Namurambe. Saat disini ada pengalaman tersendiri bagi saya. Yakni saat menyusuri turunan menuju bendungan. Sepeda yang saya gunakan kurang Sehat wal ‘Afiat. Remnya kurang memadai. Saya hampir saja terjungkal. Saat itu saya benar-benar merasa pasrah. Hampir saja bersalaman dengan Malaikat Maut. Seperti lirik Dewa 19 diatas, alam menyadarkan angkuhnya manusia. Sehebat apapun kita, tentu kita takluk pada alam. Alhamdulillah saya masih selamat dan bisa bernafas dengan baik hingga saat ini.

Teman-teman ketakutan saat melihat adegan saya menyusuri turunan tadi. Mereka sungguh takut kehilangan saya. Bagi mereka saya ini adalah teman yang langka.

Tepi Jurang Sibolangit
Tepi Jurang Sibolangit
Masih Tepi Jurang Sibolangit
Masih Tepi Jurang Sibolangit

Seperti yang terlihat pada foto diatas, sesampainya di Sibolangit, saya langsung menuju tepi jurang dan mengambil catatan. Saya mencatat semua rekam perjalanan yang saya alami. Dunia saya memang tidak terlepas dari dunia tulis menulis. Mungkin Rukun Iman saya sudah bertambah, “Menulis adalah Sebagian dari Iman“.

Bunga Biru
Bunga Biru

Sebenarnya saya ingin mencium pasir di puncak Mahameru, namun belum kesampaian. Ataupun mencium seorang gadis, namun belum ada wanita halal yang bisa saya cium. Seperti yang terlihat dalam foto diatas saya hanya bisa mencium Bunga Biru yang ada di Sibolangit.

Tadabur Quran
Tadabur Quran

Selain belajar dari ayat-ayat kauniah Allah di alam Sibolangit ini, tidaklah lengkap rasanya jikalau tidak mentadaburi ayat al-Quran. Seperti terlihat dalam Foto diatas, sungguh nikmat rasanya mengkombinasikan Tadabur Alam dengan Tadabur Quran di alam terbuka. Kita juga telah bertekad, berjanji dan berikrar. Bahwa Bikers sejati tidak takut mati. Dan yang utama Bikers sejati tidak pernah meninggalkan Ibadah.

Tumpukan Sepeda diatas Truk
Tumpukan Sepeda diatas Truk

Ada banyak lagi pengalaman selama perjalanan, baik suka maupun duka. Namun yang paling kami anggap duka adalah saat kami hendak meninggalkan Sibolangit. Kami memutuskan untuk kembali ke Medan dengan truk. Seluruh sepeda kami diangkut dengan satu truk. Berhimpitan satu sama lain tidak menentu seperti terlihat dalam foto diatas. Sungguh duka yang sangat mendalam bagi kami. Kami sungguh tidak tega melihat sepeda kami lecet dan baling karena guncangan-guncangan truk selama perjalanan pulang.

Duka lain mungkin hanya rasa pegal ataupun sedikit patah kaki lantaran gowes yang melelahkan. Ada pantun juga untuk teman Bikers,

Kalau ada jarum yang patah, jangan disimpan didalam peti.

Kalau ada kaki yang patah, bawalah ke Kem-kem.

Ya jangan bawa ke saya, saya gak bisa ngobati.

Bada Ashar kami kembali ke Medan tercinta. Ke Tepi Sei Sikambing tempat bernaung kita. Saat pulang kami hanya dapat berkata, “Me juah-juah”. Itulah yang saya mengerti selain, “Horas Bah! Habis Beras Makan Gabah!”. Selamat tinggal Sibolangit, kami akan kembali untuk Cinta Alammu. Target selanjutnya nge-bike ke daerah Langkat.

Sebenarnya ada banyak lagi pengalaman yang ingin saya bagi ke Temans and Sedulurs semua. Tapi mungkin cukup disini dulu. Lain waktu kita akan berbagi pengalaman lagi tentang alam. Tentang indahnya Kekuasaan Allah.

Impian John Lennon adalah “All the people Living life in peace”. Jangan cuma bermimpi! Kita hidup di dunia nyata. Lakukan tindakan nyata! So, Stop Dreaming! Start Action. Selaraskan hidup dengan alam.

Quod Erat Demonstrandum

Guru Terbaik

Standard

Ibu, Kau disiram bayu pagi
Kehilangan terasa kini dan kesepian

Dan aku bagai purnama gerhana
Diibarat lautan kering
Tiada tempat ku layarkan hasratku ini

Masih belum sempat kubuktikannya kepadamu
Ibu tersayang kucurahkan rasa hati

Ku tatapi potretmu berulang kali
Kurenungkan kalimah yang diberi

Tuhan Yang Esa Ampuni dosa ibu
Tempatkan mereka diantara kekasih-kekasih-Mu

Ibu, Kau kasih sejati
Kutaburkan doa untukmu ibu
Ampunilah dosaku sejak ku dilahirkan
Hingga akhir hayatmu

Special Thanks for Exists. Tembang yang sungguh indah. Mengajak kita untuk mengenang jasa-jasa agung Ibunda yang membesarkan kita dengan penuh kasih sayang.

Aku bangga teman, Aku bangga.
Aku bangga pada Orangtuaku yang tidak pernah sekalipun menyuruhku Sholat.
Mereka tidak pernah memerintahkanku untuk berbuat baik.

Mereka tak menyuruhku Sholat, tapi memberi keteladan bagaimana mestinya Sholat.
Tak sedikitpun memerintahkan berbuat baik, tapi mencontohkan perbuatan terbaik itu.

Aku bangga pada ibunda.
Tiap kali kucium tangannya, beliau selalu bertanya, “Anak lanang uda Sholat kan?”
Sekali lagi, beliau tidak menyuruh. Hanya sekedar mengingatkan.

Aku bangga pada ibunda.
Beliau tidak pernah peduli keadaanku, apakah sudah makan atau belum.
Tapi beliau akan sangat gusar tatkala aku melupakan Nikmat Allah.

Ibunda tak pernah takut pada Azab Allah.
Namun jikalau kufur nikmat, itu lebih dahsyat dari Azab Neraka.

Ayahku. Seorang yang tidak banyak cakap. Sejak kecil senang mengajakku ke Masjid.
Entah ketika itu aku Sholat entah tidak.
Beliau hanya mengajarkan bahwa Kita ibarat ikan dan Masjid itu air.
Emang ada ikan bisa jauh dari air?

Aku bangga teman. Sungguh ku ‘kan terus bangga.
Pada Orangtuaku yang tidak pernah peduli dengan nilai jelek di raporku.
Yang pasti keshalihan hakiki tidak pernah dinilai dari besarnya angka di rapor atau tingginya IPK di Ijazah kelak.

Pun aku bangga tatkala Ibunda marah saat aku salah melafalkan tajwid ayat Quran itu.
Kesalahan yang amat fatal yang dapat mengubah makna dari Ayat Suci.
Aku masih sangat bangga ketika aku menangis saat tak kunjung mampu menyesuaikan Makhorijul Hurf dengan semestinya dan Ibunda mengatakan aku “ngeyel”.

Dengan kebijaksanaan dan kasih sayangnya Beliau memperbaiki setiap bacaan yang kulafadzkan.
Akan kulantunkan doa-doa yang Beliau ajarkan setiap malam.
Pengantar tidur dengan petuah-petuah bijak.

Mereka tidak sedikitpun memanjakanku dengan harta dunia.
Mereka membuatku bermandikan ilmu Akhirat setiap hari.
Apapun akan mereka upayakan untuk kebijaksanaan hidup di dunia dan bahagia di akhirat.

Aku bangga pernah lahir dari Rahim seorang wanita sederhana namun sangat mengenal Tuhannya.
Aku mengenal Allah darimu Ibunda.
Jasamu akan selalu terpatri abadi didalam lubuk hati ini.

Menjadi cambuk tatkala lemah menjalani hidup.
Dan menjadi penegas tujuan hidup. Hanya untuk mengabdi pada Allah.

“Tiada keramat di dunia, selain doa Ibunda” –Raden Haji Oma Irama

Cinta Tanpa Syarat

Standard
Cinta Tanpa Syarat

Cinta Tanpa Syarat

Jum’at 16 Desember 20011  ada tayangan Kick Andy di Metro TV yang kala itu bertajuk “Cinta Tanpa Syarat“. Menampilkan sosok-sosok Guru Bangsa yang benar-benar guru, yakni yang digugu dan ditiru.

Pak Juanda dan sang istri Siti Aisyah hanya pemulung yang hidup apa adanya bahkan cenderung kekurangan. Namun keterbatasan itu tidak menghalangan kejernihan hati nurani mereka untuk mengasuh seorang anak bernama Olga. Olga bukanlah anak kandung mereka, melainkan anak jalanan yang kerap mereka temui saat memulung.

Olga memiliki sedikit kekurangan dari segi fisik, yakni kaki yang agak pincang. Orangtua yang mengasuhnya telah berupaya mengobatinya namun belum berhasil karena terkendala biaya. Profesi sebagai pemulung tentu tidak dapat mengatasi masalah biaya. Bahkan untuk makan sehari-hari saja mereka masih kekurangan.

Namun keluarga ini tidak pernah mengeluh sedikitpun. Tetap tegar menghadapi kerasnya tempaan hidup. Saat melihat tayangan ini sebenarnya saya tidak sanggup karena sungguh menyentuh hati dan tidak sedikitpun kata-kata saya bisa terucap. Hanya ungkapan syukur yang tiada henti kepada Allah yang mampu terbersit di hati ini. Saya masih sangat beruntung bisa hidup berkecukupan hingga detik ini.

Lantas apa harapan keluarga ini terhadapa masa depan Olga? Siti Aisyah berkata bahwa ia hanya ingin Olga kelak menjadi orang pintar, tidak seperti mereka berdua yang bodoh.

Mendengar ungkapan tersebut ingin sekali saya katakan kepada Ibu Siti Aisyah seperti ini,
Ibunda Guru, ibu bukanlah orang yang bodoh. Justru sebaliknya. Ibu adalah orang yang paling cerdas sejagad raya saat ini. Ibu sungguh cerdas secara hakiki. Ibu memiliki kecerdasan hati nurani. Sangat berbeda dengan kami. Justru kami ini yang bodoh. Kami hanya bisa berteori ini itu untuk mengentaskan kemiskinan. Sedangkan Ibu sudah melakukan tindakan nyata. Tanpa pamrih. Tanpa fikir panjang.

Kami hanya mahasiswa tolol, bodoh dan goblok yang gak ketulungan. Kami hanya mampu berteriak-teriak tanpa ada usaha nyata untuk perbaikan masa depan. Ibunda Guru, engkau sungguh lebih mulia di hadapan Allah dan Rasul-Nya.

Dan seorang teman saya yang bijaksana memberi komentar dengan bijak, “Lingkungan bersih dan wangi tidak menjamin hati yang bersih, di lingkungan kumuh pun bunga di taman hati yang indah dan segar pun selalu bisa tumbuh lebih merekah.”

Selain menampilkan Pak Juanda dan istrinya, ada juga Pak Rudiawan Saleh beserta istri. Kisah mereka juga tak kalah mengharukan seputar mengadopsi anak. Selain itu juga kisah tentang Ahmad Badawi dan Endang Yuli Purwati yang mempunyai banyak anak adopsi. Mereka memberikan kasih sayang yang sama kepada semua anak, baik kandung maupun yang adopsi.

Sekian dulu. Semoga setiap kisah yang kita dengar dan kita ketahui dapat menjadi pelajaran untuk perbaikan hidup kita kedepannya.

Pecinta Anak Yatim

Standard

cintailah cinta mereka
sayangilah sayang mereka
sebagai tanda ketulusan
yang dinginkan mereka

kadang manusia kan mengalami dan melaluinya
dan kadang manusia tak menerima dan merelakannya
satu saat kita bisa mendapatkan cobaan itu
coba berpikir dalam bila mendapatkan cobaan itu

tertawalah lepas dengannya
bernyanyilah indah dengannya
kita sama semua sama
yang tercantik dan sempurna dan yang terbaik

berdiri tegar hadapi semua cobaan yang diberikan-Nya
kamulah pelangi kalbu dan arti sempurnya yang sesungguhnya

Special Thanks for Gigi.
Lagu ini mereka dedikasikan untuk seluruh anak yatim maupun piatu di seluruh penjuru negeri. Juga untuk para Pecinta Anak Yatim dimanapun berada.

Hasil penjualan album ini didedikasikan untuk menyuntuni anak-anak yatim di negeri ini.

Keberadaan anak yatim tentu tidak lepas dari keseharian kita. Mereka ada di sekitar kita. Sebagai sahabat, tetangga, kerabat ataupun yang lainnya. Rasulullah memerintahkan kita untuk berkasih sayang kepada mereka. Dengan berbagai bentuk kasih sayang agar kebutuhan sehari-hari mereka tercukupi.

Kehilangan sosok orangtua, baik ayah maupun ibu bukanlah perkara sederhana. Perlu perjuangan lebih dalam menjalani hidup ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Sang Junjungan umat ini juga terlahir sebagai yatim. Tak berselang lama Sang Ibunda menyusul sang ayah.

Menjadi orang yang menyantuni anak yatim memiliki banyak keistimewaan dihadapan Allah dan Rasul-Nya. Menjadi teman Rasulullah SAW dalam surga. Membersihkan pikiran, melembutkan dan menghilangkan kekerasan hatinya. Menjadi penyembuh dari berbagai penyakit kejiwaan. Memiliki kepedulian sosial karena menolong dan membantu orang yang membutuhkan.

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita untuk dicenderungkan menyantuni anak yatim.

Tembang Lawas

Standard

Lir ilir, Lir ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar

Cahangon!
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako surak hiyo

Barisan lirik diatas merupakan lagu yang dibawakan oleh Ten2Five bertajuk “Lir Ilir”. Barang kali Temans n Sedulurs ada yang belum tahu arti dari lirik diatas. Simak artinya dibawah ini.

Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Tanaman sudah mulai bersemi
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru

Anak Gembala!
Tolong panjatkan pohon belimbing itu
Walaupun licin panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan
Jahitlah benahi untuk menghadap nanti sore

Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorai ayo

Tembang bertajuk Lir Ilir ini merupakan hasil gubahan Pujangga Agung Sunan Giri yang kala itu dipakai untuk sarana berdakwah Islam di Tanah Jawa. Setelah mengetahui arti dari lirik tersebut mungkin masih heran mengapa tembang seperti ini bisa dipakai sebagai sarana dakwah.

Ada berbagai tafsiran tentang tembang ini. Akan sedikit saya urai yang banyak beredar di masyarakat secara turun temurun.

Lir ilir.
//Kata-kata ini merupakan ajakan kepada kita untuk bangun. Bangkit . Sadar. Bahwa selama ini kita sudah terlalu tertidur dan terlupa. Ini juga ajakan untuk berdzikir. Mengingat Kemahaagungan Allah.

Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar
#Tanaman sudah mulai bersemi
#Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
//Kalau kita sudah bangkit dan berdzikir, maka kita berhak memperoleh tanaman yang mulai bersemi. Tanaman disini merupakan perumpamaan ganjaran dari bentuk amal ibadah kita. Warna hijau identik dengan Islam. Kalau pengantin baru silakan artikan sendiri ya. Saya belum pernah jadi pengantin.

Cahangon!
Penekno blimbing kuwi
//Cahangon yang arti bocah penggembala merupakan perumpamaan diri kita hidup di dunia ini. Setiap dari kita adalah pemimpin. Imam. Yang mesti bisa memimpin Makmum ke jalan Cinta-Nya Allah. Kepala Negara memimpin Rakyat. Kepala Rumahtangga memimpin keluarga. Minimalnya kita memimpin diri kita sendiri. Itulah kenapa Allah memerintahkan Sang Penggembala untuk memetik Buah Belimbing. Buah Belimbing memiliki lima ruas yang merupakan perumpamaan Rukun Islam yang Lima dan juga Sholat Lima waktu.

Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
//Walaupun licin dirasa saat memanjat pohon belimbing, kita mesti memetiknya. Memiliki makna bahwa melaksanakan Lima Rukun Islam memang tidak mudah. Ada halang rintangan di setiap jengkal langkah hidup kita.
Air buah belimbing digunakan untuk mencuci pakaian yang kotor. Yakni Ibadah Sholat Lima waktu merupakan pembersih diri dari dosa-dosa kita.

Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
//Pakaian yang jelek, rusak, atau koyak hendaknya disingkirkan. Dijahit dan dibenahi untuk dipakai nanti sore.
Tinggalkan perbuatan dosa. Benahi Keimanan dan Ketaqwaan kita untuk menghadapi hari akhir kelak.

Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
//Selagi terang bulan, selagi banyak banyak waktu.
Memiliki makna selagi pintu Hidayah Allah masih terbuka. Selagi ada waktu jangan menunggu tua baru beribadah.

Yo surako surak hiyo
//Jikalau sudah semuanya, maka bertakbirlah memuliakan Asma’ Allah.

Demikian tafsiran dari Tembang Lir Ilir yang sangat sarat akan makna. Para Wali kala itu memang orang-orang istimewa yang mempu mendakwahkan Islam dengan sangat lembut. Memanfaatkan Seni Budaya yang sudah lekat di hati masyarakat.

Saya sangat rindu dengan sosok Agung Para Wali. Saya ingin kelak di suatu masa ada sosok Agung yang sangat dekat dengan saya menembangkan lagu ini khusus untuk saya. Karena di saat itu kelak tidak ada orang yang mengerti lagu ini kecuali saya dan beliau.

Quod Erat Demonstrandum

Dari Jus menjadi Khamar

Standard

mood : riang gembira
song : Aisiteru by Zivilia

Jus buah menawarkan kesegaran kala kita dahaga, di samping memberikan pasokan vitamin bagi tubuh. Tak mengherankan dengan khasiatnya itu, jus buah menjelma menjadi minuman yang banyak digandrungi orang. Meski demikian, kita mesti seksama memperlakukan dan mengonsumsi jus tersebut, terutama terkait dengan waktu simpan. Pasalnya, ternyata jus yang semula halal memiliki kemungkinan berubah menjadi khamar yang berhukum haram untuk dikonsumsi.

Menurut Dosen Teknologi Pangan dan Gizi IPB, Anton Apriyantono, hal itu terjadi karena jus tersebut mengalami proses fermentasi alkohol secara tak sengaja. Ia menyatakan bahwa ada sejumlah riwayat dalam hadis yang memberikan penjelasan tentang perubahan hukum pada jus.

Di antaranya, adalah Hadis Ahmad yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Dalam Hadis tersebut, Nabi Muhammad menyatakan minumlah jus selagi ia belum keras. Para sahabat terheran dan bertanya, ”Berapa lama ia menjadi keras”? Lalu Muhammad menjawab bahwa jus itu berubah menjadi keras dalam tiga hari.

Ada pula Hadis Muslim yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas. Diterangkan bahwa Ibnu Abbas pernah membuat jus untuk Nabi SAW. Nabi meminumnya pada hari itu, besok dan lusanya hingga sore hari ketiga. Setelah itu Nabi menyuruh khadamnya untuk menumpahkan atau memusnahkannya.

”Berdasarkan keterangan tersebut, jus yang diperam atau disimpan pada suhu kamar dan kondisi terbuka lebih dari dua hari akan berubah menjadi khamar, tentu hukumnya berubah menjadi haram,” katanya kepada Republika di Bogor, beberapa waktu lalu.

Keterangan ini, juga dipertegas oleh Hadis Abu Hurairah yang diakui oleh Abu Daud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah. Dalam Hadis tersebut, Abu Hurairah mengisahkan bahwa pada suatu hari, ia mengetahui bahwa Nabi Muhammad tengah menjalankan puasa.

Menjelang berbuka, ia mempersiapkan perasan anggur yang diletakkan di suatu bejana. Namun tiba-tiba, minuman itu mendidih–menghasilkan gas atau gelembung.

Melihat kenyataan itu, kemudian Nabi pun bersabda ”Buanglah minuman keras ini. Ini adalah minuman bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir”. Anton menandaskan bahwa terbentuknya gas atau gelembung pada jus yang disimpan pada suhu ruang dan terbuka menandakan terjadinya fermentasi alkohol.

Pada umumnya, hal ini terjadi setelah jus tersebut berada pada suhu dan ruang terbuka dalam kurun waktu lebih dari dua hari. Ini berlaku untuk jus buah apapun. Apabila dibiarkan dalam waktu lebih dua hari maka dapat berubah menjadi minuman beralkohol.

Sebut saja dalam pembuatan tuak yang bahannya dari nira kelapa. Alkoholisasi ini, jelas Anton, terjadi akibat tumbuhnya ragi yang banyak beredar di udara. Selain memang karena adanya proses pembusukan yang terjadi. Ia menambahkan, jus yang dibiarkan terbuka akan mengundang mikroorganisme yang tak terkontrol baik jenis maupun pertumbuhannya.

Bahkan bisa saja tumbuh mikroorganisme pathogen yang menghasilkan racun. Anton menuturkan, penyimpanan jus dalam lemari es dengan suhu sekitar 10 derajat celcius, memang ditengarai menghambat pertumbuhan ragi pada jus buah yang tidak mengandung pengawet.

Tetapi, bukan berarti ragi tak dapat tumbuh sama sekali, sehingga lama-kelamaan jus itu pun akan berubah menjadi khamar. Oleh karenanya, Anton menyatakan sebaiknya kita menyimpan jus buah dalam lemari tidak lebih dari 8 hari agar tak haram diminum.

Terkait dengan jus mengkudu yang marak beberapa waktu lalu, ia mengungkapkan jika tutup botol jus mengkudu meimbulkan gas dan bunyi maka ada dua kemungkinan. Pertama, jus itu diproses tanpa fermentasi namun sterilisasinya kurang sehingga tumbuh khamar yang mengubah gula dalam jus menjadi alkohol dan karbon dioksida atau pembuatan jus memang melibatkan proses fermentasi.

Ciri lain adalah jus yang mengalami fermentasi akan memiliki bau laikya bau tape. Bagi mereka yang tidak sensitif tetap akan sulit untuk mengenali hal tersebut. Dalam kasus mengkudu karena hal itu didominasi bau mengkudunya sendiri.

Selain jus buah yang mengalami proses fermentasi, ada pula jus buah yang sengaja difermentasi. Hal itu dilakukan dengan menambahkan ragi, baik khamar maupun yeast yang kelak menghasilkan minuman beralkohol laiknya pembuatan minuman memabukkan, wine. Di antara indikasi yang mudah dikenali adalah baunya yang seperti arak.

Hal yang sama juga akan terjadi apabila fermentasi dilakukan pada bahan-bahan yang mengandung gula dan karbohidrat cukup tinggi. Sebut saja buah-buahan, biji-bijian atau nira. Ia akan menghasilkan minuman sejenis bir, sake, atau arak.

Sumber : http://www.halalguide.info/2009/03/20/dari-jus-menjadi-khamar/

SoundFromHeart

Standard

mood : sedikit galau
song : Pintu Taubat by Zivilia

Untuk engkau yang kucintai
Untuk engkau yang jauh disana
Yang selalu tersimpan indah bak mutiara

Engkau yang selalu menanti kehadiranku
Kelak aku pasti pulang menemuimu
Agar kita merajut cinta bersama

Cinta bukan sembarang cinta
Ini cinta segitiga
Antara aku, kau dan Allah

Biarlah hanya kita yang mengerti
Mereka takkan bisa memahami
Tentang luapan perasaan kian membuncah

Masihkah kau menantiku, Sayang?
Masihkah ingat dengan janji kita?
Kuharap masih melekat segala harap itu di hati

Allah Yang Punya Kuasa
Dia Yang Berkehendak
Dialah Yang Memutuskan yang terbaik

Kumohon engkau untuk tetap sabar
Kelak pasti kuantar engkau ke taman nirwana
Akan kita buat para malaikat dan bidadari iri

Mereka semua akan iri pada kita
Memohon dan berharap kepada Yang Maha Kuasa
Agar dapat seperti kita

Sesungguhnya akupun tak sabar
Lelah aku dalam penantian
Melalui detik-detik dalam kesendirian

Begitupun denganmu kan, Dinda?
Kuharap tidak
Karena selalu ada Allah menemani kita

Aku dalam masa penantian, engkaupun
Engkau dalam masa perjuangan, akupun
Kita sama mencari Ridho Allah

Kita terpisah jauh aku tak peduli
Kita tak selalu bersama tak masalah bagimu
Karena Kehendak Allah yang menyatukan kita

Andai aku punya kuasa
Andai aku punya daya upaya
Aku tak akan berandai-andai

Pengandaian kita hanyalah semu
Semuanya akan berakhir sia-sia
Kehendak Allah yang terbaik. Abadi. Kekal

So, masihkah kau gunda? Ku yakin itu
Kau bimbang dan ragu? Akupun juga
Tanya hatimu! Sudah terbaikkah kau memilihku?

Aku ini hanya lelaki hina
Sedang engkau Bidadari Surga
Kau Merak Khayangan sedang aku emprit sawah

Allah tak memandang fisik
Apalagi derajat maupun strata sosial
Ternyata kaupun begitu

Kau siap menerima aku apa adanya
Dengan segala kekuranganku
Itu kelebihan tersendiri pada dirimu

Keindahan fisikmu tak diragukan lagi
Kemolekan parasmu tiada banding
Akan menyilaukan mata tiap pria yang memandang

Pria Sholeh akan bertambah Sholeh
Pria brandal akan taubat nasuhah
Karena kharismamu menyiratkan, “Aku hanya untuk Pria Taqwa”

Oh mungkinkah.. Ini kan cuma mimpi..
Aku pria brandal tadi
Tapi aku tak kunjung menuju taubat

Perintah Allah kuabaikan, Seruan-Nya kuacuhkan
Larangan-Nya berkutat di kanan dan kiriku
Aku dungu dan tak berdaya

Ibadahmu terjaga. Pandanganmu juga
Gerak lakumu tertuntun al-Quran dan Sunnah
Kau sebenar-benar Bidadari

Sungguh tak pantas aku bersanding denganmu
Aku sadari itu
Dan kau masih tak menyadarinya

Sekian dulu untukmu duhai Cintaku. Yang selalu kuharap kepada Allah hanya berdampingan dengan wanita yang sederajat denganku. Bukan Bidadari Surga seperti dirimu.

Do’aku Untukmu Sayang

Standard

Doa koq disingkat-singkat?
Salam koq disingkat-singkat?
Bahkan Pujian untuk Allah dan Rasul-Nya disingkat juga?

Saya tidak bertanggung jawab atas segala bentuk penyingkatan yang terjadi saat ini.

Ada dari kita yang menuliskan doa “Amin YRA”. Saya kurang mengerti maksud penyingkatan ini. Ada sich yang bilang maksudnya tu “Ya Robbal ‘Alamin”.

Ada juga dari kita yang menuliskan salam dengan “Ass Wr Wb”. Aduh, benar-benar tidak bermakna. Malahan cenderung jorok, Ass itu artinya kan “Pantat”.

Ada pula yang menjawab salam dengan tulisan “WWW”. Sedang yang kepanjangannya itu “World Wide Web”.

Bahkan pujian untuk Allah dan Rasul-Nya kerap kali dipersingkat dengan “Allah SWT” dan “Rasulullah SAW”.

Esok-esok bukan doa, salam dan pujian lagi yang bakal kita persingkat, khawatirnya Allah menghendaki mempersingkat usia dan rezeki kita.

Bagaimana doa kita hendak diijabah? Sedang kita masih salah kaprah dalam berdoa, salam dan memuji Allah.

Doa mestilah dilantunkan sebaik-baik mungkin, dengan lantunan terbaik dan dalam kondisi terbaik. Waktu terbaik adalah di penghujung malam. Kondisi terbaik adalah dengan dibalur air mata keinsyafan. Air mata yang tulus memohon segala bentuk Ampunan Allah.

Bunda saya pernah berpesan bahwa tanpapun kita berdoa, Allah telah mendengar segala pinta kita. Allah mengetahui segala harap di setiap helaan nafas kita, di segala desiran aliran darah kita, di setiap denyut nadi kita. Dan Allah dengan sangat mudah mengabulkan segala bentuk keinginan hamba-Nya.

So, kenapa kita mesti berdoa? Lanjut Bunda, doa merupakan bentuk pengejawantahan kita sebagai makhluk yang lemah, hina dan tak pantas meminta kepada Allah. Namun hanya kepada Allah tempat kita meminta. Doa merupakan bentuk pengkerdilan kita dihadapan Kemahabesaran dan Kemahaagungan Allah. Dan dengan Kemahaadilan-Nya Allah akan mengabulkan keinginan kita yang penuh kehinaan ini. Karena tiada yang dapat kita upayakan melainkan dengan izin Allah.

Sekian. Jikalau ada yang baik dari tulisan ini, telan! Jikalau tidak, terserah Anda!

Kisah dari Dwikora

Standard

Berawal dari percakapan sederhana.

Ibunda Guru    : So, tadi Mamak ke dokter. Periksa kesehatan. Kata dokter mamak kena sakit ‘asam lambung‘. Kata dokter Mamak gak boleh Puasa dulu takut nanti makin parah. Kayak mana itu So?

Sudarso        : Tenang Mak, coba aja puasa dulu pelan-pelan. Niatkan dulu puasa. Nanti perhatikan, jam berapa biasanya lambungny ngisep. Kalo uda gak tahan lagi gak apa-apa Mamak buka puasa.

Ibunda Guru    : Jadi besok Mamak puasa?

Sudarso        : Iya.

Seiring berjalannya waktu, Ibunda Guru tetap mencoba tuk menjalankan ibadah Puasa tanpa khawatir akan sakit yang dideritanya.

Sudarso        : Jadi kayak mana sakitnya Mak?

Ibunda Guru    : Biasanya jam 10 pagi uda mulai ngisep terasa perut. Tapi koq saiki ora popo (Tapi sekarang ini tidak apa-apa)

Sudarso        : Diteruskan aja Puasanya ya sampe Mahreb.

Alhamdulillah seiring berjalannya waktu Ibunda Guru dapat menjalankan Ibadah Puasa tanpa gangguan sedikitpun. Bahkan sakit yang diderita tersebut malah berangsur sembuh.

Sudarso        : Sakit itu bentuk ujian dari Allah. Allah yang memberikan, Allah juga yang menyembuhkan.

Sejak saat itu Ibunda Guru tetap rajin berpuasa hingga saat adjal menjemputnya. Semoga arwah beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Al-Fatihah.

Sudarso adalah seorang Polisi yang berasal dari Sidamanik, Simalungun. Saat ini berkeluarga dan berdomisili di Jl. Bakti Luhur. Beliau aktif berdakwah dan rutin mengisi Pengajian Ilmu Tajwid bada Shubuh di Masjid Istiqomah Amal Luhur. Kisah ini dituturkan oleh beliau menjelang Ramadhan beberapa tahun lalu.

Saya turut bangga menjadi murid beliau.

Mutiara dari Hijaz

Standard

Salah seorang Sahabat baru pulang dari suatu perjalanan dagang. Sebelum sampai di Madinah, ia berniat membeli oleh-oleh untuk pemimpin tercinta mereka. Ia putuskan untuk membelikan obat pencahar.

Sesampainya di Madinah ia langsung menemui Sang Presiden di Istana Negara dan menyerahkan obat pencahar tersebut. Sang Presiden berkata, “Untuk apa Panjenengan memberikan obat pencahar kepada orang yang tidak pernah merasakan kenyang semenjak memeluk Islam?”

“Oiya juga ya,” pikir Sahabat tersebut dalam hati, “Obat pencahar berguna untuk mengatasi gangguan lambung. Presiden Umar tidak pernah merasakan kenyang, tentu beliau tidak pernah mengalami gangguan lambung.”

Masih adakah kita jumpai pemimpin seperti beliau di saat ini? Masih adakah sosok Pemimpin yang tidak akan pernah mau makan secuilpun sebelum seluruh rakyatnya merasakan kenyang?

Masihkah kita jumpai sosok sederhana laksana beliau yang tidak akan rela tidur nyenyak sebelum mengetahui pasti bahwa rakyat telah nyenyak terlebih dahulu? Insya Allah masih akan kita temui.

Beliau tidak pernah puas dengan laporan dari pejabat dibawahnya yang mengatakan bahwa rakyat sudah hidup aman sentosa. Bukan beliau tidak percaya dengan pejabat yang dipilihnya, namun beliau juga senang terjun langsung ke lapangan. Berbaur indah bersama rakyat. Turut merasakan kejelatahan mereka yang kurang mampu. Dan satu hal yang pasti adalah menjadi Imam Sholat bersama seluruh rakyat tatkala sudah masuk waktunya.

Beliau punya kebiasaan di tiap malam untuk berkeliling ke sudut-sudut terpencil Kota Madinah. Hingga suatu malam bersama sang ajudan terbaik beliau, Aslam, mereka mendapati tenda yang masih menyala perapiannya. Dilihat oleh mereka berdua seorang ibu sedang memasak dan Sang Presidenpun bertanya, “Duhai ibunda, gerangan apa yang engkau masak? Dan kenapa anak-anakmu terlihat menangis?”

“Aku hanya memasak air, semata-mata untuk mengelabuhi anak-anakku. Seolah-olah ada sesuatu yang kumasak. Kuharap mereka segera tidur dan lupa dengan rasa laparnya,” jawab ibu tersebut.

Sang Presiden tak kuasa membendung air mata. Beliau memutuskan untuk pulang.

Beliau menuju gudang penyimpanan bahan makanan milik negara, lalu mengambil sekarung bahan makanan dan memanggul sendiri semuanya. Dengan sigap Aslam mencegah hal tersebut terjadi, “Yang Mulia Amirul Mukminin. Kumohon biar hamba saja yang memanggul bahan makanan ini menuju tenda tadi.”

Dengan cukup tegas Sang Presiden berkata, “Aslam. Ini tentang dosaku. Ini semua kesalahanku. Masih ada rakyat yang tinggal di tenda sementara anak-anaknya kelaparan. Sudihkah engkau memanggul dosaku di akhirat kelak?”

Sang Ajudan terbaik tersebut tak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya mengikuti Sang Presiden menuju tenda tadi.

Sesampainya di tenda, Sang Presiden dengan tangannya sendiri yang penuh kemuliaan tersebut memasak bahan makanan yang beliau pikul tadi. Dibantu Aslam beliau membuat hidangan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Hidangan yang dimasak langsung oleh Presiden dan terhidang untuk rakyat yang dicintainya.

Kepada Allah diri ini berharap untuk tidak lupa bersyukur. Kepada Allah diri ini mengharap segala bentuk ampunan. Kepada Allah segala puji dan puja hanya pantas tertuju.

Kepada Rasul kubersholawat, berharap pula syafa’at Allah yang dititip kepada Rasul tercurah untuk kita semua.